Cari Blog Ini

Sabtu, 20 Oktober 2012

Membuat Foto Bokeh Dengan Photoshop


  1. Buka foto yang akan kita buat bokeh, tentukan ForeGround dan BackGroundnya.
  2. Duplikat foto tersebut sehingga menghasilkan layer baru di atas layer background.
  3. Pilih menu Filter > Blur > Gaussian Blur.
  4. Atur radius blur sesuai keinginan kita, semakin besar nilai radius maka foto akan semakin kabur.
  5. Setelah tahap keempat ini kita akan melihat foto kita menjadi kabur karena pengaruh dari efek filter Gaussian blur tadi.
  6. Sekarang mulailah menghapus foto yang kabur tersebut pada bagian-bagian foto yang ingin ditajamkan atau yang ingin dijadikan objek utamanya.
  7. Teman – teman akan melihat tempat dimana teman – teman menyapukan penghapus,maka foto anda akan menjadi tajam.
  8. Merge layer dengan menekan Ctrl + E kemudian simpan foto tersebut.
Sekian dulu informasi sederhana saya mengenai bagaimana cara Membuat Foto Bokeh Dengan Photoshop.Semoga apa yang saya berikan diatas dapat bermanfaat untuk teman – teman semua serta dapat membantu teman – teman semua untuk Membuat Foto Bokeh Dengan Photoshop.

Beberapa Istilah Fotografi


  • Depth of field, DOF: Kedalaman ruang. Ruang tertentu pada citra yang nampak relatif tajam dengan adanya perbedaan fokus.
  • Depth of focus: Kedalaman fokus. Toleransi ketajaman subyek terhadap pergeseran bidang fokal. Merupakan jarak antara circle of confusion pada kedua sisi focus plane yang relatif masih dapat dianggap tajam.
  • Depth of field preview: Tombol tambahan di badan kamera untuk melihat bagaiamana kedalaman ruang terbentuk di foto.
  • Shutter release button: Tombol rana. Tombol pada kamera yang jika ditekan akan menyebabkan terjadinya pajanan pada film atau sensor digital.
  • Shutter speed: Kecepatan rana. Ukuran kecepatan rana membakar medium penangkap cahaya (lebih umum disebut film atau sensor digital).
  • Angle of view, AOV: Sudut pandang. Rentang sudut cahaya refraksi oleh exit pupil ke permukaan bidang fokal.
  • Aperture: Tingkap. Lubang pada bidang diafragma tempat berlalunya sinar luminasi.
  • AF-D. Lensa AF-D adalah lensa fokus otomatis dengan CPU didalamnya, yang mempunyai kemampuan untuk menghitung jarak antara objek dengan kamera. Huruf D merupakan singkatan dari distance (jarak).
  • AF-S. Terminologi untuk jenis lensa yg digunakan oleh Nikon untuk salah satu produk lensa fotografi mereka. AF menunjukkan bahwa lensa tersebut merupakan jenis auto focus, sementara S menujukkan bahwa lensa tersebut dilengkapi dengan motor ultrasonik dalam tubuh lensanya sebagai penggerak mekanisme auto focus.
  • Autofocus. Sistem pada kamera atau lensa, atau kombinasi kamera dan lensa yang mana ketepatan fokusnya ditentukan oleh alat elektronik dan motor.
  • Lensa tele. Lensa dengan konstruksi panjang lensa yang lebih pendek daripada panjang fokusnya sehingga mengakibatkan pusat optis (en:optical center) berada di luar badan lensa, untuk mendapatkan sudut pandang antara 15° hingga 10°. Baca mengenai lensa disini ( Beberapa Jenis Lensa Pada Kamera DSLR )
  • Dan masih banyak lagi istilah-istilah dalam dunia fotografi, saya nggak mampu menghafalnya karena ada ribuan istilah.
Sekian informasi sederhana mengenai Beberapa Istilah Dalam Fotografi ini,semoga apa yang teman – teman baca dalam Blog Sederhana saya ini dapat menambah pengetahuan mengenai Beberapa Istilah Dalam Fotografi.

Kamis, 18 Oktober 2012

Memilih lensa telefoto Canon 70-200mm


Canon memiliki empat versi lensa telefoto 70-200mm L. Secara umum, kualitas lensa berlabel L (Luxury/mewah) ini sangat baik. Lensa ini mudah dikenali karena berwarna putih krim. Tujuannya supaya tidak mudah panas saat memotret dibawah matahari yang bersinar terang. Autofokus sangat cepat dan kualitas foto yang dihasilkan sangat tajam.
Adanya empat versi lensa dengan harga yang berbeda-beda mungkin agak membingungkan bagi pembaca. Saya sering menerima pertanyaan dari pembaca. Salah beli akibatnya fatal karena harganya tidak murah. Tulisan ini akan membahas empat lensa 70-200mm Canon untuk membantu Anda menemukan lensa yang paling cocok.

Canon 70-200mm f/4

Lensa termurah dan teringan (705g) dari semuanya. Karena ukurannya yang sedikit lebih kurus, lensa ini cukup berimbang digunakan dengan kamera DSLR Canon pemula. Harganya juga menarik karena dibawah 7.5 juta.
Cocok untuk yang kantongnya pas-pasan tapi ingin hasil yang lebih. Lensa ini cocok untuk memotret olahraga, satwa liar, portrait. Karena tidak adanya image stabilization (IS) dan bukaan maksimumnya tidak besar, maka akan sulit digunakan di kondisi cahaya yang kurang baik, misalnya di dalam ruangan atau malam hari. Di kondisi gelap, tripod dan flash akan membantu.

Canon 70-200mm f/4 IS

Lensa ini kurang lebih sama dengan lensa diatas, hanya saja ada IS untuk meredam getaran tangan kita saat foto. IS akan sangat berguna saat kita memotret di kondisi yang agak gelapnya. Kita membutuhkan shutter speed yang cepat saat memotret dengan lensa telefoto supaya foto tidak blur.
Contoh: Saat memotret dengan jarak fokus 100mm, kita membutuhkan setidaknya 1/100 detik (di kamera full frame) atau 1/160 detik (di kamera bersensor APS-C). Dengan adanya IS, kita cukup mengunakan shutter speed sekitar 1/10-1/20 detik.
Yang perlu diperhatikan adalah IS tidak akan membantu jika kita ingin membekukan subjek yang bergerak cepat. Adanya IS membuat harga lensa ini naik hampir dua kali lipat, tapi ukuran dan beratnya tidak banyak berubah.
Kiri versi f/4, kanan f/2.8

Canon 70-200mm f/2.8

Lensa ini berukuran lebih besar. Diameternya 77mm, bukan 67mm seperti lensa f/4. Lensa f/2.8 ini juga hampir dua kali lipat lebih berat (sekitar 1.3kg). Ukuran dan beratnya membuat lensa ini tidak terlalu imbang saat dipakai di kamera DSLR pemula.
Kelebihan lensa ini adalah bukaannya yang mencapai f/2.8. Dengan bukaan sebesar ini, latar belakang yang tidak fokus akan terlihat lebih blur dan lembut. Selain itu, saat kondisi cahaya gelap dan kita perlu mempertahankan shutter speed cepat, lensa ini lebih unggul daripada lensa f/4.

Canon 70-200mm f/2.8 IS

Lensa ini yang paling lengkap, punya bukaan besar dan juga IS. Harganya pun paling mahal dan berat. Jika memiliki dana dan ingin kualitas yang terbaik, lensa ini siap untuk Anda.

Rekomendasi

Biasanya, pembaca bingung menentukan pilihan antara f/4 IS dan f/2.8 non-IS. Penyebabnya adalah harganya yang sama. Saran saya jika kebanyakan fotonya subjek tidak bergerak dan di kondisi cahaya gelap, f/4 IS lebih handal. Sedangkan jika yang difoto subjeknya bergerak dan kondisi cahaya gelap, f/2.8 pilihan yang lebih baik. Selain itu, ukuran dan berat lensa juga mungkin perlu dipertimbangkan.

Tips menentukan harga untuk jasa fotografi


Sering saya mendapat pertanyaan dari teman yang baru memulai bisnis fotografi tentang tips untuk menetapkan harga. Berikut ini adalah konsep dan pertimbangan dalam menentukan harga:
1. Kita masuk ke bisnis fotografi untuk mendapatkan untung, bila tidak ada untung, itu hanya sebuah hobi
Jadi kalau ingin menjalankan bisnis yang sehat, kita harus memiliki untung, yaitu pendapatan harus lebih besar dari pengeluaran. Seringkali, penghobi fotografi yang ingin masuk ke bisnis fotografi cenderung tidak mengambil untung malah kadang keluar uang/rugi untuk mendapatkan pekerjaan tersebut karena takut tidak dapat pekerjaan. Ini yang perlu diwaspadai.
Selain itu, fotografer seringkali tidak mempertimbangkan ongkos-ongkos yang tersembunyi, misalnya akumulasi depresiasi alat (menurunnya harga alat-alat seiring waktu berjalan karena rusak atau ketinggalan jaman), biaya transportasi, biaya pendidikan fotografi, biaya kecelakaan misalnya alat-alat rusak atau hilang, dan biaya tak terduga lainnya
2. Jangan bersaing dengan harga, karena selalu ada fotografer yang lebih murah dari kita, lebih baik bersaing dengan kualitas produk dan layanan.
3. Jangan menghitung waktu, tapi lebih ke nilai
Maksudnya adalah jangan mengunakan waktu untuk menentukan harga. Contoh, kita menetapkan harga jasa foto kita 100 ribu per jam, maka kalau suatu pekerjaan membutuhkan waktu 10 jam, maka biayanya 10x100ribu = 1 juta.
Bagi banyak klien, waktu sangat berharga, semakin cepat sebenarnya semakin baik, dan bila kita bisa mengerjakan sesuatu dengan cepat & berkualitas, mestinya kita justru minta bayaran yang tinggi, lebih tinggi dari yang sistem per jam.
Misalnya bila ada fotografer yang dibayar 1 juta dengan waktu kerja 10 jam. Bila kita mampu menghasilkan kualitas yang sama dalam 1 jam, kita berhak menuntut bayaran lebih tinggi dari 1 juta karena kita menghemat waktu klien untuk menunggu, bukan 100 ribu saja.
4. Menentukan harga bukan ilmu pasti, jadi tidak ada yang salah dan benar
Bila Anda menghargai produk atau layanan Anda 100 ribu, tidak ada masalah, 1 juta? tidak ada masalah, 50 juta? juga tidak ada masalah. Mau naikkan harga dari 100 ribu jadi 100 juta, juga ga masalah, tidak ada yang melarang.
Masalahnya adalah, Anda harus punya alasan mengapa harga tersebut memang cukup wajar. Mungkin ongkos produksi yang tinggi, alat-alat yang langka, tingkat kesulitan atau resiko yang tinggi, kualitas foto yang tidak bisa ditandingi oleh fotografer-fotografer lain dan alasan lainnya.
5. Mencari pelanggan yang sesuai
Cari calon pelanggan yang menghargai gaya/spesialisasi karya foto Anda. Misalnya, bila Anda sukanya foto satwa, maka ada bagusnya mencari orang-orang berduit yang mencintai binatang peliharaannya. Bila sukanya foto black and white maka carilah penggemar foto black and white.
Memang awalnya cukup susah mencari orang-orang yang suka gaya Anda. Tapi seiring perjalanan waktu, Anda akan mendapatkan langganan yang terus-menerus membutuhkan karya Anda. Dengan mencari pelanggan yang menghargai gaya fotografi Anda, otomatis harga fotografi Anda akan lebih optimal. Karena harga bukan lagi menjadi satu-satunya yang dipertimbangkan pelanggan.
Semoga membantu! :)

Biaya atau Jasa Fotografi digital itu mahal ya?


>Demikianlah sebuah pertanyaan yang sudah tidak asing lagi bagi para pelaku usaha jasa Fotografi, yang kerap dilontarkan oleh calon konsumen saat bernegosiasi.

Bahkan lebih sering lagi jika dilanjutkan dengan kalimat, “Kan sekarang udah jaman digital, udah ga pake film lagi”. (Saya sendiri baru tadi malem ditanyain begini sama calon konsumen, hehehehe… ^^).
Untuk menjawabnya, mungkin akan lebih mengena jika pembaca saya ajak mengenal dunia bisnis Fotografi. Dengan sebagian menitikberatkan pada bidang yang sedang tren saat ini, Jasa Fotografi Acara/Event.
PENDAHULUAN
Fotografi masih menjadi primadona utama dalam bidang dokumentasi Event/Acara, Promosi, Iklan dan lain sebagainya..
Tanpa bermaksud mengecilkan Media Dokumentasi lain, sebuah Foto dalam komposisi & teknis yang tepat dari sebuah momen Acara, mampu “berbicara” lebih kuat daripada Media lain.
Foto juga dianggap lebih mudah dipresentasikan kepada pihak lain. Misalnya (yang paling sering) foto Pernikahan, Selametan, Kelahiran sampai promosi Produk. Cukup dengan memperlihatkan beberapa lembar cetakan yang bermuatan Foto (Katalog, Flyer, Banner dll), orang sudah bisa mengerti apa maknanya gambar-gambar tersebut. Tanpa harus menggunakan alat presentasi khusus, kita sudah bisa bercerita panjang lebar mengenai peristiwa yang terekam dalam foto2 tersebut.
PELAKU BISNIS FOTOGRAFI
Bicara mengenai Usaha Jasa Fotografi, berarti kita bicara mengenai Bisnis. Dan bicara mengenai Bisnis, berarti berbicara mengenai dua poin penting : Modal dan Untung, atau Rugi dan Laba.
Bisnis atau usaha yang baik, pasti berawal dari Modal yang cukup dan berakhir dengan Untung yang mengembalikan Modal awal. Istilah kasarnya, “Minimal balik modal, deh..”
Kalau boleh saya menggolongkan, pelaku bisnis Fotografi terdiri dari 3 golongan :
1. Professional
Adalah mereka yang 100% menggantungkan hidup dari mencetin shutter. Bagi golongan ini, Untung & Rugi harus jelas. Memiliki semangat, “Harga tidak pernah bohong”. Apa yang anda bayarkan, itulah yang anda terima. Semakin tinggi modal yang berani anda keluarkan, semakin tinggi kualitas hasilnya. Baik foto maupun kemasannnya. Terlebih ditunjang dengan pengalaman Fotografi yang sangat mumpuni, baik konsep, komposisi maupun tehnik. Kemampuan Improvisasinya jangan ditanya. Dalam kondisi apapun, kalo motret pasti bagus meski dengan alat seadanya.
2. Semi-Professional
Pada golongan ini, Jasa Fotografi adalah penghasilan sekunder/tambahan. Secara prinsip usaha, sama dengan golongan pertama. Hanya saja karena antar Vendor/Penyedia Jasa memiliki kualitas beragam, maka calon konsumen harus jeli dalam memilih kesesuaian antara harga yang ditawarkan dengan kualitas foto yang dihasilkan. Begitu juga dengan kemampuan Konsep, Komposisi, Tehnik & Improvisasi (KKTI).
3. Hobbist
Pada golongan ini, Fotografi adalah hobi dan kesenangan. Umumnya tidak memikirkan antara Untung dan Rugi. Dikasih, syukur. Kalo ngga, Ya udah… Secara kualitas, umumnya agak berbeda dengan golongan kedua. Mengapa ? Pengalaman adalah salah satu kunci utama yang harus dimiliki pelaku Bisnis Fotografi. Dan pada golongan ini, biasanya pengalaman yang diperlukan untuk bisnis Fotografi terbilang minim.
YANG DIPERHITUNGKAN DALAM MENENTUKAN HARGA JASA FOTOGRAFI
Setelah mengenal tipe pelaku Usaha, kini kita berbicara mengenai hal-hal yang menjadi modal utama Usaha Fotografi dan dampaknya pada harga Jasa yang harus dibayar oleh konsumen.
Setiap usaha tentunya memerlukan Modal. Semakin besar Modal yang dikeluarkan, semakin besar pula Laba yang diharapkan demi menutup Modal
Nah, apa saja yang harus diperhitungkan dalam dunia Jasa Fotografi ?
1. PENGALAMAN
Adalah modal utama yang harus dimiliki, yang berkaitan erat dengan KKTI. Siapapun saat ini bisa belajar mengenai Prinsip Dasar Fotografi dimana saja. Kuliah Sarjana, Kursus Fotografi hingga sekedar nanya di Komunitas Fotografi. Ditambah dengan harga peralatan Fotografi amatir yang sekarang ini semakin terjangkau, seolah melengkapii Booming Tren Fotografi selama 8 tahun terakhir ini.
Tapi seperti yang dikatakan oleh seorang Maestro Foto Indonesia, “Sekolah adalah hanya langkah awal. Setinggi apapun gelar atau ilmu yang didapat, tetap hanya merupakan ilmu dasar Fotografi. Hanya bagaimana supaya Kamera bisa menghasilkan gambar yang pas. Tidak terlalu gelap (Under Exposure), tidak terlalu terang (Over Exposure), tidak terlalu miring, tidak terlalu burem dan lain-lain.
Sementara Konsep, Komposisi, Tehnik & Improvisasi (KKTI) adalah langkah lanjutan yang tidak bisa diajarkan oleh siapapun. Keempatnya hanya bisa didapat melalui Latihan & Pengalaman Mandiri”.
Pengalaman. Adalah modal utama & termahal yang dimiliki oleh seorang Fotografer. Maka tidak jarang ada Fotografer yang mematok harga tinggi untuk karyanya. Karena merupakan hasil dari mencari pengalaman bertahun-tahun bergelut di Fotografi. Semakin berpengalaman seorang Fotografer, semakin mahir ia beradaptasi dengan lingkungan kerjanya. Ketika menghadapi kendala, ia tidak akan bingung dan mahir berimprovisasi. Kekurangan menjadi kelebihan, inilah yang menjadi perbedaan antara Pemula & Berpengalaman.
2. ALAT YANG MEMADAI
a. BODY KAMERA
Seperti pada judul tulisan ini, poin ini selalu menjadi perbincangan seru antara Penyedia Jasa & Konsumen. Betul sekali kalau saat ini harga alat-alat Fotografi sangat terjangkau. Terlebih dengan kemajuan Teknologi Digital, yang menghilangkan ketergantungan sang Fotografer dalam menghitung jumlah film tersisa, seperti tahun-tahun dahulu. Jika dulu kalau mau foto harus itung2an jumlah film, kini bisa dilakukan sekuatnya. Kalo nyanggup bergaya sampe 500 shot, ya hayu aja…
Tapi kenapa koq harga Jasa Fotografi tetap mahal ? Padahal sudah tidak menggunakan Roll film & harga Kamera cukup murah? Salah satu penyebabnya adalah ongkos Pemeliharaan Alat yang harus diperhitungkan. Kamera Digital mempunyai kelemahan dalam soal umur, karena Mekanismenya digerakan secara Elektronik. Sama seperti Komputer, Hape, Kalkulator dan sebagainya. Suatu saat akan mengalami “Keausan” Komponen setelah sekian lama pemakaian rutin. Belum lagi wilayah kerjanya yang kadang bersinggungan dengan alam. Masuk debu, kena ujan, tergoncang, suhu lembab dan lain-lainl, turut mempengaruhi umur komponen di dalamnya. Berbeda dengan Kamera Analog, yang digerakan secara mekanik. Umurnya lebih panjang dan lebih tahan “banting” (meski kalo dibanting beneran, ancur juga sih…hehehehe). Apalagi jika dirawat dengan baik, dalam 20 tahun ke depan masih bisa dipake motret (asal media filmnya masih produksi aja…).
Umumnya kamera Digital SLR memiliki umur antara 100.000 – 200.000 shot (Shutter Count. Untuk Kamera Compact umurnya lebih pendek lagi, sekitar 50.000 shot). Jika pemakaian sangat aktif, seperti pada Fotografi Pernikahan atau Dokumentasi Acara, kurang lebih umur maksimum tercapai dalam 2-3 tahun penggunaan. Lebih dari itu, biasanya muncul penyakit yang cukup mempengaruhi kualitas Foto. Dari sekedar susah njepret, Fokus mogok sampai Sensor Kamera yang protes minta pensiun…gambarnya jadi banyak warna aneh atau burem.
Sehingga wajar jika sang Fotografer harus bersiap menghadapi pilihan antara memperbaiki atau membeli Body Kamera (baru atau second) dalam jangka 2-3 tahun masa kerjanya. Dan ini adalah Rugi nan Abadi. Dalam arti akan selalu ada pengeluaran biaya untuk hal ini, selama ia mau berbisnis. Karena ketika kamera “meninggal” & tidak ada penggantinya, otomatis tentu tidak ada pemasukan….yang bisa berujung dengan bangkrutnya usaha yang telah dirintis dengan susah payah.
Sering para Sepuh Bisnis memberi petuah, “Ketika memberikan harga, hitung 50%-nya untuk Alat. Karena tanpa alat, bisnis kamu akan mati” Contohnya, untuk sebuah Body kamera DSLR Semi-Pro saat ini berkisar antara 8 – 17 juta Rupiah. Artinya, dalam 2-3 tahun harus sudah terkumpul 8-17 juta Rupiah hanya untuk persiapan mengganti Body lama. Bahkan kalau bisa lebih, supaya bisa meningkatkan kualitas (Tentunya kita tidak ingin membeli barang baru, tapi sejenis dengan barang lama yang kita punya).
Inilah salah satu poin penting dalam menentukan harga Jasa Fotografi.
b. LENSA
Lensa sudah pasti menentukan kualitas dari Foto yang dihasilkan. Harga tidak pernah bohong untuk benda yang satu ini. Meski saya tidak menyangkal, bahwa hanya dengan lensa Kit/bawaan saja kita sudah bisa menghasilkan Foto yang bagus. Namun dalam kondisi tertentu kita membutuhkan Lensa berkualitas Primer untuk menangkap gambar yang diinginkan.
Deep Macro/Micro, Deep DOF, Perspective dan Steady Exposure adalah beberapa contoh tehnik Fotografi yang sulit dihasilkan dari Lensa Kit biasa. Diperlukan Lensa khusus, yang tentunya memerlukan lebih banyak Rupiah untuk menebusnya. Dan untuk sebuah Lensa berkualitas Primer, bisa seharga 2-3 Body Kamera baru (bisa dilihat di Katalog alat Fotografi manapun untuk membuktikannya). Nah, berarti kembali lagi harus menyisihkan sekian persen dari “Pendapatan” untuk tujuan ini. Dan juga untuk siap-siap seandainya si Lensa perlu “Opname” karena Jamur, Baret, Mogok Kerja dan lain sebagainya.
c. ASESORIS LAIN
Dibutuhkan juga Asesoris tambahan demi menunjang proses pengambilan yang baik & benar. Seperti misalnya Flash Tambahan/Lampu Blitz, yang sangat signifikan untuk proses foto dalam ruangan atau cahaya redup. Saya tidak terlalu menitikberatkan pada poin ini. Karena untuk memenuhi kebutuhan akan Asesoris ini, kadang tidak diperlukan barang yang “bermerk”. Dengan merk “miring-miring” atau alat ciptaan sendiri pun masih bisa dihasilkan foto yang baik. Namun tentu saja biaya penggunaannya juga harus diperhitungkan.
Misalnya foto untuk Profil Perusahaan, tentunya memerlukan perangkat Cahaya tambahan yang lebih dari sekedar lampu Blitz biasa. Jika tidak punya, maka menyewa. Jika menyewa, maka kudu bayar. Dan akhirnya, termasuk dalam biaya modal awal.. ^^
3. PRODUKSI
a. LOKASI
Misalnya untuk Foto Prewedding, lokasi turut menentukan hasil akhir yang dicapai (yang tentunya diperlukan juga kepiawaian dalam memadukan antara Konsep, Kostum dan Lokasi). Misalnya, Foto yang diambil di halaman sekitar rumah, tentu berbeda suasana dengan yang diambil dalam Taman Wisata Kebun atau Pantai (kecuali kalo punya halaman rumah segede Taman Wisata kali yaa…).
Namun yang menjadi kendala, di Indonesia ini bisa dibilang nyaris tidak ada yang gratis. Berfoto di lokasi strategis manapun, pasti harus bersiap dengan “Puluhan Ribu” demi Pungli & Preman, baik Negeri maupun Swasta. Jangankan di Taman Wisata, di ruang Publik dan Taman Kota aja, yang seharusnya bebas digunakan oleh Masyarakat, tetap musti siap “Sesajen” buat para “Jin” disana. Apalagi jika ingin berfoto di lokasi yang Eksotik, seperti Mall, Hotel, Cottage atau rumah Gallery. Maka siap-siap aja merogoh kocek hingga Jutaan rupiah.
Kecuali kalo calon Pengantin bersedia masuk ke dalam pelosok negeri demi mendapat sedikit pemandangan alam khas Indonesia. Yang tentunya gratis untuk wilayah yang sama sekali belum tersentuh manusia. Tapi itupun masih memerlukan biaya Transportasi & Akomodasi untuk pergi ke sana, bukan? Intinya, semakin indah lokasi yang diinginkan, ya semakin ada biayanya…
Mungkin ada yang berpendapat, ” Kalau soal latar belakang foto, kan bisa diedit dengan Komputer ?” Betul sekali, bisa. Namun keaslian dan perasaan megah saat melihat foto yang dibuat di lokasi aslinya masih sulit ditandingi oleh keajaiban Teknologi Olah Digital. Sebagus-bagusnya alam ciptaan Komputer, tetap masih lebih sempurna alam ciptaan Tuhan. Baik perpaduan Cahaya, Bayangan, Warna, Bentuk dan lain sebagainya.
b. KONSEP DAN TEMA
Umumnya fotografer yang baik, akan mencari konsep yang disesuaikan dengan karakter dari pasangan klien. Pengenalan terhadap karakter sangat ditentukan dari pengalaman fotografer yang harus bisa melihat karakteristik baik sifat ataupun fisik dari pasangan tersebut.
Seorang fotografer tentunya akan dapat membayangkan hasil akhir dari karyanya, dan untuk mencapai hasil seperti yang diinginkan diperlukan kesesuaian tema dan konsep dengan karakteristik dari pasangan pengantin. Semakin tinggi pengalaman seorang fotografer, akan semakin mudah dia untuk dapat melihat karakter dari pasangan hingga menentukan konsep yang baik akan lebih cepat dimana konsep ini disesuaikan dengan karakter ataupun kondisi fisik pasangan.
Konsep sendiri turut menyumbang dalam menentukan jumlah biaya yang harus dikeluarkan dalam produksi foto. Semakin rumit Konsep yang diminta, semakin banyak Property yang diperlukan. Misalnya, foto yang berkonsep mengenai Pilot Pesawat Komersil, tentu memerlukan biaya yang lebih mahal dari foto Pembalap Sepeda. 
4. PASCA PRODUKSI
a. PROSES EDITING
Foto digital, dari manapun sumbernya, memerlukan sentuhan editing untuk menyempurnakan hasilnya. Minimal mengkoreksi Contrast & Brightness. Kalau cuman 1-2 foto aja, mungkin bukan hal yang rumit. Bisa diselesaikan dalam 10 menit. Tapi jika berhadapan dengan 400 – 500 foto ? Bisa abis 60-80 jam untuk mengkoreksinya. Alias 7-10 hari dalam 8 jam kerja rutin. Itupun dalam arti Editing koreksi biasa.
Jika membuat Kolase, Olah Digital dan sebagainya, 1-2 foto pun bisa lebih dari 1 jam. Apalagi kalo puluhan foto, bahkan ratusan. Sebagai gambaran, mungkin saya bisa memberi contoh berdasarkan pengalaman.
Tahun lalu saat meliput sebuah acara Pernikahan, saya sudah menduga ada yang kurang beres dengan Tata Rias Pengantin Wanitanya. Ternyata benar, dipertengahan acara Make-Upnya agak drop. Sehingga muncul noda-noda Jerawat yang awalnya tersembunyi dibalik Bedak. Ada sekitar 326 foto yang memperlihatkan para Jerawat itu, baik Medium Shot maupun Close Up. Alhasil, dibutuhkan waktu nyaris 3 minggu lebih untuk menghapus Jerawat dari ke-326 foto tersebut.
Inilah yang dilakukan sang Fotografer pada jaman Digital ini. Bahwa proses Fotografi tidak berhenti setelah sesi Pemotretan selesai, namun masih berlanjut ke hari-hari berikutnya. Hal tersebut sebenarnya merupakan keuntungan. Karena berarti sang Fotografer dapat menuangkan segala ide yang ada, demi terciptanya sebuah karya foto yang 100% mencerminkan jiwa seni sang Pemotret. Ibarat Pelukis, ia bertanggung jawab pada proses penciptaan. Sejak hanya berupa kertas kosong, hingga menjadi Lukisan yang indah.
(Hal ini berbeda dengan jaman Kamera Analog. Dimana setelah sesi pemotretan, sang Fotografer terpaksa menyerahkan sepenuhnya proses Pasca Produksi {Cuci-Edting-Cetak} pada Lab. Foto. Bukannya saat itu para Fotografer malas berproses. Tapi karena biaya kepemilikan sebuah Mesin Lab foto bisa diartikan sama aja membeli Rumah. Tidak semua Fotografer sanggup membelinya.)
Dan dimanakah proses editing ini dilakukan ? Tentunya menggunakan alat yang bernama Komputer. Dan seperti alat Elektronik lainnya, Komputer ini juga punya jangka waktu pemakaian yang patut diperhitungkan. Meski tidak mudah rusak, tapi biaya operasional, listrik dan lama kerja olah Foto harus dihitung sebagai biaya Produksi.
Maka tepatlah apa yang sering dicamkan oleh para Pakar Ekonomi, ” Modal sekecil apapun harus diperhitungkan dalam meraih Laba”.
b. HASIL AKHIR
Hasil akhir sebuah Foto bisa berbentuk apa saja yang diinginkan Konsumen. Apakah itu Album Foto, Flyer, Billboard, Katalog, Poster dan lain sebagainya. Tentu saja masing-masing memiliki harga tersendiri. Dan apakah nantinya diambil langsung atau mau di kirim keluar daerah ? Jika akan dikirim keluar daerah, tentu ada biaya pengirimannya.
Kira-kira demikianlah uraian saya mengenai dunia bisnis Fotografi Digital. Di balik kemudahannya, ternyata tersimpan sejumlah kerumitan di belakangnya. Namun bukan berarti bahwa untuk bisa mendapatkan Jasa Fotografi bagus harus mempersiapkan biaya mahal. Hanya saja dalam poin tertentu, kita tidak bisa menutup mata pada kenyataan, bahwa ada korelasi antara Modal yang dikeluarkan dengan Hasil yang didapat.
“Semurah apapun barang kelas satu, tetap kualitasnya tidak akan pernah bisa ditandingi oleh barang termahal kelas dua”.
Sekian dan Terima Kasih

Lensa-lensa unik

Lensa-lensa unik banyak beredar di dunia fotografi. Ini adalah beberapa diantaranya.

11. Canon MP-E 65mm f/2.8 Macro 1-5x



Fotografi makro adalah salah satu bidang fotografi paling populer, dan lensa Canon MP-E 65 mm f/2.8 Macro 1-5x adalah perangkat makro paling canggih. Lensa ini memiliki kemampuan memotret dengan perbesaran dari 1x (1:1) sampai 5x! Jika Anda ingin melihat geraham semut, lensa ini dapat memungkinkannya.

10. Sigma 300-800mm f/5,6 EX DG APO HSM



Lensa telephoto ini merupakan lensa moderen dengan beragam feature dan rentang zoom paling lebar di kelasnya. Aperture fix dan Hyper-Sonic Motor menjadikannya lensa yang paling tidak “nyeleneh” dalam list ini.

9. Nikon 2000mm f/11 Reflex



Meskipun memiliki focal length kedua terpanjang dalam list ini, lensa ini termasuk pendek, hanya 600mm. Konfigurasi “reflex” yang memanfaatkan cermin menjadikan lensa ini tidak lebih besar dari lensa Sigma di atas. Namun, dengan bobot 17,5 kg, jangan harap Anda dapat menenteng-nenteng lensa ini dengan nyaman.

8. Canon 65mm f/0,75



Untuk kondisi pencahayaan yang sangat minim, lensa dengan aperture f/0,75 tentu bermanfaat. Lensa ini memiliki aperture 1 stop lebih besar dari lensa premium yang populer, 50 mm f/1.4. Mungkin, hanya itu satu-satunya manfaat lensa ini karena lensa ini tak memiliki bilah aperture sehingga Anda hanya dapat menggunakan aperture terbesar. Lebih lagi, hasilnya sangat soft.

7. Canon EF 8-15mm f/4L Fisheye USM



Lensa ini adalah lensa paling moderen dalam list ini dan memang hanya mungkin diproduksi dengan teknologi manufacturing yang tersedia saat ini. Dengan elemen-elemen lensa canggih, lensa fish eye ini bukan hanya lensa zoom dengan sudut pandang terlebar, tetapi juga memiliki kualitas gambar yang sangat baik.

6. Nikon 6mm f/2.8 Fish eye



Jawara lensa dengan sudut pandang terlebar adalah lensa 6 mm ini dengan sudut pandang 220 derajat. Ini berarti objek di belakang lensa pun akan terekam.

5. LEICA APO-TELYT-R 1600 mm f/5.6



Lensa ini merupakan lensa termahal saat ini, dengan harga 2 juta dollar atau sekitar 1,8 miliar rupiah. Lensa ini dapat dipasangkan ke DSLR Leica dan kini dimiliki beberapa kolektor Leica.

4. Kilfitt Zoomatar 250mm f/1.3



Lensa ini tidak memiliki focal length yang luar biasa seperti kebanyakan lensa di atas. Namun, dengan diameter hampir 40 cm, lensa 250 mm ini tetap menonjol. Lensa ini sangat jarang dan pasti sangat merepotkan untuk digunakan. Walau begitu, bokehnya tentu luar biasa.

3. Zeiss 1700 mm f/4 APO Sonnar T*



Lensa unik ini merupakan pesanan khusus untuk seorang Sheik Arab Saudi. Lensa ini pertama kali diperkenalkan di Photokina 2006 dengan harga yang dirahasiakan. Namun, gosip yang beredar mengatakan bahwa nilai lensa ini mencapai 6 juta euro. Jika benar, maka lensa ini merupakan lensa termahal di dunia, melampaui lensa Leica di atas. Yang pasti, lensa ini merupakan yang terberat, dengan bobot 256 kg!

2. Canon 5200 mm f/14 Reflex



Dengan ukuran dan spesifikasi menyerupai teleskop, lensa ini tentu sangat merepotkan untuk digunakan. Ukurannya menjadikannya sebagai lensa terbesar saat ini dan sangat-sangat langka. Hanya tiga lensa yang pernah diproduksi dan mungkin hanya satu yang masih berfungsi normal. Pamflet lensa ini mengklaim bahwa lensa ini merupakan lensa satu-satunya yang dapat memotret objek berjarak 20-40 km. Lebih luar biasa, dengan DSLR sensor APS-C (seperti Canon 7D), focal length efektifnya meningkat menjadi 8320 mm!

1. Lensa Coffee Cup f/95



Bukan, ini bukan cangkir kopi yang menyerupai lensa, melainkan sebuah lensa yang menyerupai cangkir kopi. Pembuatnya memodifikasi sebuah cangkir kopi agar dapat dipasangkan ke kamera dan membuat sebuah lapisan pinhole. Lensa ini berfungsi penuh. Namun, dengan hasil yang sangat kabur, viewfinder yang gelap (f/95) dan bentuk yang aneh, satu-satunya alasan penggunaan lensa ini pasti karena ingin “nampang”.

Lensa Termahal di Dunia seharga 19 Milliar



Sudah bukan rahasia lagi bila terkadang aksesoris seperti lensa harganya lebih mahal dari kameranya sendiri. Apalagi lensa menjadi alat penunjang untuk mendapatkan gambar yang memuaskan.

Baru-baru ini Sheikh Saud bin Mohammed Al-Thani yang merupakan pangeran Qatar membeli sebuah lensa Leica Apo-Telyt-R 1:5,6/1600mm seharga USD 2,065 juta atau lebih dari Rp 19 miliar.

Dengan harga selangit tersebut, wajar bila menjadikannya sebagai lensa paling mahal di kelasnya. Dipesan sejak tahun 2006, lensa kamera ini tidak diketahui seperti apa kehebatannya dalam meringkus gambar. Kecuali sedikit spesifikasi yang bisa didapatkan dari Leica Apo-Telyt-R 1:5,6/1600mm.

1. Spesifikasi
Lensa tele ini selain termahal, juga menjadi yang terpanjang, terbesar dan terberat yang pernah dibuat setidaknya oleh Leicca. Bayonet ini cocok dipasangkan dengan kamera SLR manual Leica R-series.

Bila dipasangkan dengan tudung lensa, memiliki panjang hingga 1.55mm dan bila dilepas maka panjangnya 1.2mm. Lensa ini juga mempunyai diameter lensa 42 cm, serta beratnya tidak kurang dari 60 Kg.

2. Sudut Pandang
 
Sesuai mereknya, Leica Apo-Telyt-R 1:5,6/1600mm, lensa ini memiliki panjang fokus 1600mm, sehingga mampu mencakup sudut yang sempit hingga diagonal 1,5 derajat.

Lensa ini juga sangat pas bila dipasangkan dengan teleconverter AP 1,4 x dan 2x, sehingga whopping sistem optical 1:8/2240mm dan 1:11/3200mm.

3. Tripod yang kokokh

Menurut APO-Telyt lensa ini mengandung elemen lensa apochromatic untuk mengoreksi chromatic aberration.

Namun untuk mendapatkan gambar yang tajam dari lensa raksasa ini akan menjadi tantangan besar dan membutuhkan dukungan tripod sangat kuat.
Bahkan menurut pakar Leica asal Denmark, Thorsten Overgaard, Sheikh Al-Thani menggunakan mobil untuk lensa yang berat ini untuk mengambil gambar.

Walaupun belum ada foto-foto penunjang untuk membuktikan seberapa tajam gambar yang dihasilkan.

Siapa Sheikh Al-thani?


Sheikh Saud Al-Thani memang selama ini dikenal sebagai pencinta fotografi. Bahkan kecintaanya terhadap dunia foto plus dukungan dana yang melimpah, dia tidak jarang membeli berbagai foto dari berbagai masterpiece dunia, seperti May Ran dan Alfred Stieglitz.

Berkat hobinya itu, Al-Thani sejak tahun 1997 menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Seni dan Cagar Alam. Dia sangat berambisi menghadirkan museum bertaraf dunia di Qatar, termasuk Museum Seni Islam terbesar.


Spesifikasi CANON EOS 550D Kit1



Spesifikasi Harga Canon EOS 550D Kit1
Di tengah ramainya pasar kamera dengan banyaknya bermunculan seri baru. Canon juga tidak ketinggalan dengan kembali meluncurkan kamera kelas pemulamelalui seri Canon EOS 550D. Seri EOS 550D ini merupakan penerus dari EOS 500D, dimana kamera inimemiliki tampilan fisik yang mirip dengan seri-seri sebelumnya seperti 450D dan 500D. Namun ada sedikit perbedaan minor pada lekukan-lekukan tubuhnya yang kini lebih membulat. Peletakan tombol-tombol di sekitar badan kamera juga masih sama, yang berbeda adalah bentuk tombolnya kini menjadi lebih kotak, tidak bulat lagi seperti seri sebelumnya.
Canon EOS 550D sangat nyaman digenggam karena ukuran grip dan keberadaan lapisan karet yang menutupinya sehingga tidak terasa licin saat digenggam. Tak hanya itu, bobot kamera ini hanya 350 gram sehingga tidak terlalu berat.(REVIEW Canon 550D Kit1)
Spesifikasi Harga Canon EOS 550D Kit1Dengan dilengkapi teknologi gapless microlens arrayyang diklaim dapat menjadikan warna dan detail foto lebih akurat dengan tingkat noise yang lebih rendah. Canon EOS 550D memiliki rentang  ISO yang luas dari ISO 100 – 6400 dan dapat ditingkatkan hingga ISO 12800. Pengguna Canon EOS 550D dapat melihat hasil foto atau video yang mereka ambil melalui layar selebar 3 inch dengan resolusi 1.04 juta pixel. Dengan perbandingan ukuran monitor 3:2, hasil foto dapat ditampilkan secara penuh di layar monitor yang sudah dilengkapi lapisan khusus untuk mengurangi silau, noda, atau goresan. Pengguna juga dapat menampilkan hasil jepretan mereka di layar HDTV melalui konektor HDMI.
Sebagai satu-satunya merek kamera DSLR yang menghadirkan fitur perekaman video hingga kualitas Full High Definition 1920 x 1080, Canon menanamkan teknologi ini juga di EOS 550D dengan pilihan 24p, 25p dan 30p frame per detik. Sedangkan untuk format HD 1280 x 720 dan format SD 640 x 480, perekaman dapat dipilih dengan 50p atau 60p frame per detik. Salah satu peningkatan fitur perekaman video di kamera ini adalah pembesaran hingga 7x.
Secara lengkap fitur yang terdapat di Canon EOS 550D :
  • Resolusi 18 Megapixel dengan sensor CMOS APS-C, menghasilkan gambar resolusi tinggisuperb quality dan detail.
  • DIGIC 4 Imaging Processor’s 14-bit A/D, memberikan kecepatan pemrosesan hasil gambar yang cepat dan tepat serta menjaga detail dan warna tetap halus.
  • Auto Lighting Optimizer dengan 4 fungsi pengaturan : standar, rendah, kuat dan nonaktifkan. Menganalisa kecerahan subjek foto, dan secara otomatis memperbaiki bagian-bagian gelap untuk membuat lebih cerah.
  • Full HD Video capture resolusi 1920×1080  dengan frame rate yang fleksibel (30p 25p & 24p) hingga 4GB per klip dengan output HDMI (CEC compliant) untuk tampilan HD  dan video stills.
  • External microphone untuk merekam suara saat pengambilan gambar
  • Kualitas SD (640 x 480) rekaman film setara dengan sekitar 7x perbesaran shooting film reguler
  • Dengan 9-point auto-focus (AF)  tingkat akurasi yang tinggi
  • LCD Wide, 3.0-inch (3:2) Clear View LCD (1, 040,000 dots)
  • ISO 100-36400, ISO dapat  diperluas hingga 12.800  (Sumber Review lain baca DISINI)

Senin, 08 Oktober 2012

Teknik Flash


Siang Bolong pun Diperlukan


Fill-in flash pada foto sebelah kanan menyebabkan wajah anak tampil lebih cerah

Flash merupakan salah satu aksesoris standar yang sangat mempengaruhi hasil foto. Penggunaan flash secara tepat akan menghasilkan gambar yang tajam & cerah, namun jika tidak tepat, gambar justru dapat menjadi gelap, atau terlalu terang (over-exposed).
Untuk menggunakan flash secara tepat, perlu dimengerti berbagai mode yang terdapat pada flash, yaitu:
  1. Auto: Flash secara otomatis akan menyala jika pengukuran cahaya kurang dari yang diharapkan.
  2. On: Flash akan selalu menyala, walaupun pengukuran menunjukkan cahaya yang mencukupi. Mode ini digunakan untuk melakukan fill in - menerangi obyek yang berada dalam bayangan atau mengkompensasi cahaya dari background yang terang
  3. Off: flash tidak akan menyala walaupun cahaya kurang. Mode ini diperlukan untuk memperoleh pencahayaan natural atau mencegah jeda antar pemotretan yang terlalu panjang
  4. Slow sync: Flash akan menyala, namun aperture akan tetap terbuka sampai waktu tertentu. mode ini diperlukan untuk menangkap background di belakang obyek atau untuk mengurangi bayangan gelap di belakang obyek akibat pemakaian flash
  5. Red-eye reduction: Berguna untuk mencegah timbulnya mata merah pada foto manusia. Flash akan menyala sesaat sebelum aperture terbuka (pre-flash) agar pupil mata obyek kembali ke normal saat flash menyala lagi bersamaan dengan terbukanya aperture (pemotretan).

Beberapa catatan untuk penggunaan flash secara tepat:
  1. Perhatikan jarak obyek:
    • Pada kamera poket, flash sebaiknya digunakan pada jarak obyek 1 - 3,5 m. Jika obyek kurang dari 1 m, maka akan terjadi over-exposed (warna memutih/ hilang). Jika jarak obyek lebih dari 3,5 m, cahaya flash tidak dapat lagi menjangkau sehingga obyek akan tampak gelap.
    • Pada kamera DSLR, cahaya flash dapat mencapai jarak hingga 8 m
    • Dalam ruang tertutup, pantulan pada tembok dan langit-langit dapat membantu menambah jarak efektif flash
  2. Perhatikan jarak obyek dengan background: Jika background telalu dekat, cahaya flash akan memunculkan bayangan gelap yang terkadang tampak mengganggu. Atur agar jarak BG cukup jauh, atau gunakan mode slow-sync untuk menghindarkan bayangan yang gelap di belakang obyek
  3. Perhatikan setting flash compensation: Setting ini akan menentukan seberapa kuat cahaya flash. Semakin besar angkanya, maka jarak jangkau makin jauh
  4. Perhatikan arah datangnya cahaya dari sumber luar: Terkadang flash diperlukan untuk 'melawan' arah cahaya yang tidak menguntungkan, misalnya cahaya dari belakang obyek (backlight).
  5. Fill in: yaitu penggunaan flash untuk menangkap detil obyek yang berada dalam bayangan. Bahkan pada siang hari di ruang terbuka, seringkali kita harus tetap menyalakan flash (pada posisi On) untuk melakukan fill in. Misalnya pada contoh di bagian atas artikel ini
  6. Pengaruh penggunaan flash sangat terasa pada kamera digital poket atau prosumer karena waktu pengisian energi untuk flash menyebabkan jeda waktu antar pemotretan bertambah lama. Dalam dokumentasi event yang terjadwal secara ketat, jeda antar pemotretan ini berpotensi kehilangan momen. Dalam kondisi mengejar momen, sedapat mungkin matikan flash (atau gunakan DSLR dengan external flash)

Semoga bermanfaat.